baca selengkapnya..
Thursday, May 19, 2005
What a day!
Hari ini mulai lagi hari baru, lagi rajin-rajinnya nyari buku-buku termasuk buku untuk kepentingan thesis. Laptop udah ada, tapi ada masalah sama adaptornya. Gak punya adaptor sampe sekarang. Lha? Pegimana bisa dipake? khan mau dipake buat thesis, buat cerpen, buat novel, buat belajar MCSE, buat --buat yang lain dehh!!
Jadi BT nungguin adaptor.
Hari Senin ada masalah, ternyata sampe sekarang masih terus aja. Capek hati jadinya.
Sampe ngajak Tina, adikku buat makan siang bareng.
Trus lagi BT-BTnya ditelpon temen, dicariin kemana-mana, padahal akunya lagi ngupi2 aja di lt.18, habis pyusiing banget!!
Gak tahunya, temenku butuh orang buat mijitin kepala temennya lagi. Lagi sakit kepala dia, dan dia udah promosi ama yang lain kalo aku bisa?? What? Me? Since when? Aku gak merasa bisa, yang aku tahu, tanganku berat..jadi kalo mijit, anteb! Aku sendiri udah lupa kapan aku mijitin temenku. Katanya waktu dia "salah bantal" dan gak bisa nengok. Aku mijitin dia, dan habis itu dia jadi bisa nengok lagi. Alhamdulillah...pastinya bukan aku yang nyembuhin! Pasti Alloh...aku kan cuma jalan, ya ngga?
Singkat cerita, jadilah aku ke lt. 17 main2 plus buka panti pijat. Karena ternyata udah ngantri tiga orang!!
Waduh!
Yang pertama treatment Susan, aku pernah ketemu sama dia di CNOOC. Kepalanya pusing banget katanya. Wah, pala pusing! Pas aku pegang kepalanya panas, kayaknya dia lagi banyak masalah and kurang tidur.
Jadi otot2 disekitar tengkorak kepalanya rada kaku. Tugasku hanya melemaskan daerah kaku itu. Gak tahu deh hasilnya...Alloh lagi yang nentuin. Tapi dia bilang, lebih enak, lebih seger. Masa' sich?
Yang kedua, yaah...aku gak tanya namanya! Tapi pusing jg kepalanya. Bolehlah ..ternyata masalahnya sama, kaku juga. Jadi sekali lagi 10 jari beraksi.
Eh, ternyata seru juga. Jadi hilang capek hatinya karena dapet temen baru.
Yang ketiga belum mulai sih..tapi aku udah pegel , karena lumayan kaku kepala2 mereka. Jadi tenaganya perlu ekstra.
Udah deh...sekarang kalo ada yang pegel, or pusing?
Insya Alloh...
Duh, Alloh itu baiknya baik banget ya? Padahal aku baru bilang, aku lagi lemes dan gak semangat.

=fitri 190505=
posted by fsusanti @ Thursday, May 19, 2005   0 comments

baca selengkapnya..
Friday, May 13, 2005
Mengapa?
MENGAPA AKU DIUJI?
Surah Al-Ankabut ayat 2-3
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesunggguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

MENGAPA AKU TIDAK MENDAPATKAN APA YANG AKU IDAM-IDAMKAN?
Surah Al-Baqarah ayat 216
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi(pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

MENGAPA UJIAN SEBERAT INI?
Surah Al-Baqarah ayat 286
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

AKU MERASA FRUSTASI!
Surah Al-Imran ayat 139
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA?
Surah Al-Imran ayat 200
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.
Surah Al-Baqarah ayat 45
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.

APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA COBAAN INI?
Surah At-Taubah ayat 111
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.

KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?
Surah At-Taubah ayat 129
Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal

AKU TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!
Surah Yusuf ayat 87
Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.

-dikutip dari milis FLP-
posted by fsusanti @ Friday, May 13, 2005   0 comments

baca selengkapnya..
Sepotong Pagi
Sepotong Pagi


Sekali weker Wirda berbunyi, cukup keras kali ini. Susah payah Wirda membuka mata mencari-cari weker yang memotong tidur lelapnya malam ini.
Ah, baru jam 4 pagi. Wirda memandang Andi, putranya yang masih terlelap. Duh, dia ingat semalam dia baru bisa memejamkan mata saat petugas siskamling memukul tiang listrik di depan rumahnya dua kali. Badan Andi cukup panas, dan Andi rewel sekali. Wirda berencana membawanya ke puskesmas nanti.
Perlahan, Wirda bangkit, kepalanya terasa berputar-putar seperti gasing. Anemia, Wirda tahu itu. Kemarin teman kantornya memberi tahu.
Tanpa menuruti pusingnya, Wirda berwudhu. Segar sekali. Subuh belum lagi sampai, mungkin dua rakaat sholat malam yang biasa dikerjakannya bisa menjadi penyembuh.
Wirda harus berangkat pagi, shift pagi dimulai hari ini. Sang Khalik menanti pengaduan Wirda di pagi buta itu. Berat rasanya melihat Andi yang sakit, tapi tetap Wirda harus berangkat. Pulang kerja nanti, Wirda akan ke puskesmas
“ Aa’, hampir subuh. Bangun..” Wirda membangunkan suaminya yang tertidur di ruang depan.
“ Mmm…. I..ya…” suami Wirda menggugam dengan sebelah mata. Wirda membiasakan suami tercintanya untuk pergi berjamaah subuh sejak mereka menikah dan masih menumpang pada orang tuanya. Wirda ingin Ayah Andi bergaul dengan tetangganya di waktu subuh itu, karena hanya pada saat itulah sang Ayah bisa meluangkan waktunya.
“ Nda, Andi masih panas badannya?” Tanya suaminya sambil melawati kamar mereka.
“ Sudah mendingan, panasnya sudah turun, tapi nanti tetap Nda bawa ke puskesmas” jawab Wirda sambil membetulkan mukenanya.
“Aku sholat dulu, ntar ngomong lagi ya. Jangan berangkat dulu sebelum aku balik dari masjid,” instruksi suaminya sambil berlalu ke kamar mandi , yang diiya-kan dengan anggukan kepala oleh Wirda.
Kegiatan Wirda di subuh itu sudah pasti. Setelah sholat, Wirda harus segara menyiapkan gorengan yang akan dijualnya di kantor nanti, sembari mencuci baju dan menyiapkan sarapan. Tapi, karena Andi sakit, Wirda memutuskan untuk tidak membawa jualan dulu hari ini. Dia lebih memilih membuatkan bubur buat anak semata wayangnya itu dan berangkat tepat pukul 6:15 agar bisa sampai di kantor jam 7 pagi.
“Nda, kamu gak usah ke kantor dulu ya?” pinta suaminya sepulang dari mesjid, ditingkahi suara air yang mendidih di panci.
“Kenapa?” Tanya Wirda sambil memasukkan beras kedalam panci. Heran, cepat juga suaminya kembali.
“Aku ada tugas dadakan ke Cibitung hari ini, tadi malem Pak Iqbal SMS. Jadi aku gak bisa nemenin Andi,” jelas suami Wirda sambil membantu merapikan meja makan.
Wirda diam. Kalau tugas ke Cibitung, artinya suaminya akan berangkat lebih pagi dan pulang lebih malam atau bahkan tidak pulang sama sekali. Tugas suaminya sebagai teknisi alat berat pabrik, memaksa Wirda menerima suaminya jarang di rumah. Dan hari ini, lagi suaminya dipanggil untuk ke Cibitung, cukup jauh dari rumah mereka dan suaminya harus lebih cepat berangkat mengejar bis karyawan.
“Nda..” tegur suaminya melihat Wirda diam saja.
“Minggu lalu aku sudah tidak masuk satu hari, masa’ minggu ini juga?!” protes Wirda pelan. Rasanya lebih banyak dirinya yang berkorban meninggalkan pekerjaan.
“Nda, anak kita kan sakit, jangan dititipin lagi, bawa ke Puskesmas. Kamu jaga Andi sehari ini saja. Besok gantian, aku sudah bilang ke Pak Iqbal supaya aku besok tidak ditugaskan keluar. Kamu izin dulu sama Bu Artika. Aa’ yakin dia pasti mengerti,” mohon suaminya sambil memandang wajah Wirda yang tertunduk memegang centong kayu.
“A’ Nda bukannya gak mau, tapi nggak enak sama Bu Artika, dia sudah baik banget. Rasanya kok aku jadi memanfaatkan kebaikannya. Lagi pula, apa kata teman-teman lain ? Tugasku banyak digantikan sama mereka,” Wirda memainkan centong kayunya.
Hhh…suami Wirda menarik napas panjang, diam.
Wirda juga, diam.
“Telpon Bu Artika berapa?” Tanya suaminya memecah diam.
“Buat apa?” Wirda heran.
“Aa’ yang telpon dia, biar Aa’ yang minta ijin. Kasihan Andi. Aa’ gak bisa ninggalin kerjaan Nda. Di kantor sudah mulai ada rencana pengurangan, Aa’ gak mau Aa’ kena…”
“A’ ! Kok, jadi aku terus yang harus tidak masuk, ijin dan lainnya untuk setiap urusan Andi?” Wirda protes dengan rencana suaminya.
“Nda, Aa’ gak bisa hari ini,” jelas suaminya yang kentara sekali menahan emosi.
“Nda juga gak bisa, rencanaku nanti siang aku sudah bisa pulang. Nanti langsung Andi aku bawa ke puskesmas. Jadi aku pergi kerja dulu, Aa’ jaga Andi dan nanti Aa’ bisa pergi setelah Bude datang.” Wirda tetap menolak.
“Kalau bisa, Aa’ juga mau. Tapi, ini kan tugas Nda. Kamu tahu, kan Pak Iqbal kalau nyuruh cukup sekali. Kalau tidak mau, dia bisa cari alasan buat memecat aku!” suaranya mulai meninggi.
“Aku juga, Aa’ ! Bu Artika walaupun dia baik, juga sama. Dia bisa pecat orang yang kerjanya gak becus, malas-malasan, sering bolos, sering nggak masuk….”
“Tapi Andi sakit, Nda!” suaminya memotong tegas. Wajahnya mengeras menatap Wirda.
Wirda terdiam. Suara bubur yang mulai bergejolak di panci mengingatkan Wirda. Segera Wirda ke panci dan mengaduk-aduk buburnya. Wirda tidak mau tidak masuk hari ini. Rasanya hampir tiap minggu ada saja satu hari Wirda tidak bisa masuk. Alasannya bisa macam-macam. Usia Andi yang menjelang tiga tahun mulai menuntut lebih banyak lagi perhatiannya. Andi panas, Andi rewel, Andi diare, Andi jatuh dan banyak lagi. Wirda merasa suaminya jarang sekali mau menggantikan tugasnya. Segala urusan Andi adalah urusannya. Segala urusan rumah tangga adalah tugasnya, dan segalanya tentang rumah adalah tanggung jawabnya. Ugh, Wirda kesal sendiri. Sekarang harusnya giliran suaminya menjaga Andi sebelum Bude –pengasuh Andi- datang jam 9 nanti. Toh, dia dan suami juga sama-sama mencari uang, sama-sama capek, sama-sama punya urusan sendiri, jadi rasanya tidak adil sekali jika suaminya tidak ikut andil untuk anak mereka. Tidak, Wirda sudah memutuskan. Wirda harus masuk kerja hari ini.
Merasa Wirda tidak menanggapi, suami Wirda langsung masuk ke kamar dan mengganti baju. Dia akan tetap berangkat. Wirda di rumah, menjaga anaknya. Wirda tidak boleh pergi kerja hari ini. Itu tugas Wirda. Selama Andi tidak sehat, Wirda yang harus menjaga. Suaminya sudah memutuskan, dia harus masuk kerja hari ini, apapun kata istrinya. Dia tidak ingin dipecat, hanya karena menolak tugas dadakan! Dan lagi, dia tidak pernah merasa memaksa Wirda untuk bekerja. Wirda yang memutuskan itu sendiri. Tanpa kompromi, hanya sebuah percakapan di malam hari yang dia anggap tidak penting karena keinginan Wirda untuk bekerja kembali setelah melahirkan. Wirda sudah berjanji tidak akan menelantarkan urusan rumah tangga. Dia hanya diam saat itu, walaupun tidak sepenuhnya menerima, tapi dia juga tidak bisa sepenuhnya menolak. Gajinya memang tidak terlalu besar untuk hidup layak, tapi juga tidak terlalu kecil untuk hidup cukup! Jadi, sekarang tugas Wirda, dia yang harus di rumah!
“Nda, aku kerja ya !” ijin suaminya di pintu dapur.
“Jadi, Aa’ tetap berangkat?!” Wirda menatap tajam.
“Iya,!” jawab suaminya pendek.
“Nda juga. Nda harus ke kantor hari ini. Nda gak bisa di rumah. Nanti siang baru Nda bisa pulang,” Wirda tetap keras.
“Terserah kamu, Andi sakit. Dan dia butuh ke dokter, “ suaminya memasang sepatu.
“Kalau kamu ada uang, aku bisa membawa Andi ke klinik 24jam semalam. Nyatanya kamu gak ada, jadi Andi harus dibawa ke puskesmas. Aa’ nggak bisa menyuruh Nda di rumah. Mestinya Aa’ yang dirumah,”
“Nda ! Aa’ nggak mau berantem pagi-pagi sama kamu ! Andi harus ada yang jaga. Besok aku baru bisa jaga Andi. Kamu dirumah hari ini, besok Andi aku bawa ke kantor,”
“Nggak bisa!” Wirda makin keras.
“Wirda! Aku minta supaya kamu di rumah. Ingat, itu tugas kamu! “ suami Wirda juga mengeras.
Wirda menahan amarah. Dadanya turun naik, rasanya ada air mata yang jatuh ke pipinya. Sekali lagi, suaminya menunjukkannya ke-ego-annya. Dan sekali lagi, Wirda harus bisa mengalah.
Ditengah keributan yang hampir pecah itu, langkah kecil terdengar menuju dapur. “Umi, Abi..” panggil Andi pelan. Tangannya memegang handuk kompres.
Wirda menyeka air matanya. Suami Wirda mengusap mukanya ber-istighfar, diraihnya Andi dalam gendongannya.
“Anak Abi sudah bangun, ya?” suara suami Wirda ramah sambil mencium pipi putranya.
“ Abi, mau kerja ya?” Tanya Andi sambil mengangsurkan handuk kecilnya ke arah Wirda. Wirda melangkah mendekat, memegang kening Andi. Sudah lebih baik, Alhamdulillah.
“Umi, aku mau makan bubur. Nanti makannya bareng sama Abi,” kata Andi sambil menunjuk bubur di panci.
“Boleh, tapi Abi mau kerja. Makannya sama Umi ya?” jawab Wirda. Mereka berdua memang telah sepakat untuk tidak menunjukkan amarah di depan putranya itu.
“Nggak mau, maunya sama Abi, nanti Umi temenin Ndi ke doktel. Nih, badan Andi udah ngga panas lagi, tapi Ndi lemes ,Mi. Ndi capek! Ndi nggak mau sama Bude. Ndi maunya sama Umi aja, kalau Umi kelja, nanti Umi capek juga, sakit juga kayak Ndi“ Andi berkata panjang. Ah, anak itu memang pandai bicara.
Wirda terdiam menatap Andi dan suaminya. Suaminya hanya menatap Wirda, memohon lewat matanya. Dia tidak semarah tadi. Wirda masih diam. Kali ini, putranyalah yang meminta. Wirda menimbang dalam hati, ditatapnya suaminya yang masih menatapnya. Suaminya membelai rambut Wirda, dan mengecup keningnya pelan. Dia tahu, Wirda tidak akan bisa menolak permintaan anaknya.
“Nda, kayaknya banyak yang mesti kita omongin nanti. Maafin Aa’ ya?” pinta suaminya, menyesal juga dia bisa sekeras tadi pada istrinya. Dia menurunkan Andi. Dia harus segera berangkat. “Nanti, aku telpon Bu Artika, kasih tahu aja nomernya ke Aa’,” lanjut suaminya.
“Nda juga punya banyak yang mau diomongin, Aa’ jangan pulang terlalu malam. Nda dirumah hari ini, Bu Artika biar Nda aja yang telpon” Wirda juga berkata pelan. Entah mengapa, hatinya tak sekeras tadi. Sambil menggandeng Andi, Wirda mengikuti langkah suaminya ke ruang depan.
“Yaaa…Abi gak jadi makan bubul sama Ndi, ya?” Andi protes melihat Abi-nya mengambil tas.
“Insya Alloh besok ya, sekarang sama Umi aja. Abi harus berangkat pagi, “ suami Wirda memasang arloji.
“Iya deh, “ Andi menurut seraya meraih tangan Abi-nya. Diciumnya tangan itu. Setelah mengucapkan salam, suami Wirda berangkat diiringi tatapan mata Wirda dan lambaian tangan Andi. Wirda menatap punggung suaminya hingga hilang dari pandangan.
Kali ini, Wirda mengalah pada putranya bukan suaminya. Putranyalah yang memutuskan siapa yang harus di rumah hari ini. Hampir saja keributan terjadi karena Andi, tapi Andi pulalah yang menyelesaikannya. Wirda akan punya banyak hal yang akan dibicarakan dengan suaminya nanti malam, mungkin sampai pagi pun belum akan selesai. Tapi, Wirda juga tidak tahu, apakah besok dia akan berangkat kerja atau tidak.

“Dan setiap pemimpin akan dimintakan tanggung jawabnya ”
-fitri 030505-
posted by fsusanti @ Friday, May 13, 2005   1 comments

baca selengkapnya..
Wednesday, May 11, 2005
Resep-Resep
Pisklat

Bahan :

5 buah pisang raja (belah dua memanjang)
10 lembar kulit lumpia
10 sdt meises (coklat beras)
10 sdt gula pasir
campurkan tepung kanji dengan sedikit air untuk perekat
Minyak goreng

Cara Membuat :
- Belah dua pisang raja (atau seukuran dengan kulit lumpianya)
- letakkan pisang di tengah 1 lembar kulit lumpia
- beri 1 sdt meises dan 1sdt gula pasir.
- gulung dan rekatkan dengan larutan kanji.
- goreng dalam minyak panas hingga kuning kecoklatan.
Note : Api jangan terlalu besar supaya tidak lekas hangus.
-Angkat dan sajikan

Selamat mencoba!!


posted by fsusanti @ Wednesday, May 11, 2005   4 comments

baca selengkapnya..
Ulang Tahun
Mmm....today is My B'day!!
Happy B'day to me...happy b'day to me...
Aku memutuskan untuk membuat blog pas di hari ulang tahunku. Aku mau belajar menjelajah dunia. Dunia yang telah lama aku tinggalkan di dalam laci kamar.
Ada satu jerawat yang muncul di dekat hidung, seperti biasa. Setengah hari ini juga berjalan biasa saja. Tidak usah gembar-gembor sedang milad. Jadi cukup diam, duduk manis, and no one will know today is your b'day, right?
Tapi yang paling unik, aku lahir di hari Rabu, sama seperti hari ini dan ulang tahunku yang ke -17.
Cuma kali ini lebih dewasa (rasanya). Hhh......
Tidak banyak yang kukerjakan hari ini, mungkin besok aku sudah bisa membawa pulang laptop yang sudah lama aku inginkan. Masih di-image di meja staging. Sudah terlalu kangen untuk menulis.
Terima kasih kepada peristiwa, yang membawaku hingga jauh ke dalam hati. Mencari kembali sebutir makna dalam lautan kehidupan.
Terima kasih Alloh, betapa sayangnya Engkau Padaku.
Betapa indahnya Cinta Mu,
Betapa luasnya karuniaMu,
Iringi aku dalam setiap langkah, agar tiada aku tersesat jalan.
Lindungi aku dalam setiap kesempatan, agar tiada aku bertauhid kepada selain Mu..
Jagalah aku dalam waktu, agar tiada pernah aku teriris luka nya.
Aminnn....


=fitri=
posted by fsusanti @ Wednesday, May 11, 2005   0 comments
website metrics
about me
My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Just an Ordinary Women, who still trying reaching her dreams.

Yang Baru-baru
Archives
Shout Box
Links
Friendz of Mine
Kelas Menulis
  • Kelas Menulis-Hasyim
  • Kelas Menulis-Jonru
  • Kelas Menulis-Anung
  • Kelas Menulis-Awi
  • Kelas Menulis-Hanok/Iyas
  • Kelas Menulis-Leni
  • Kelas Menulis-Lily
  • Kelas Menulis-Maya
  • Kelas Menulis-Meu
  • Kelas Menulis-Ning Harmanto
  • Kelas Menulis-Rina
  • Kelas Menulis-Sya
  • Kelas Menulis-Tati
  • Kelas Menulis-Tina
  • Kelas Menulis-Yuyun
  • THANK YOU FOR VISITING THIS WEBSITE. BE A GOOD MOSLEM WHEREVER and WHENEVER YOU ARE

    Subscribe to PermataCimanggis
    Powered by groups.yahoo.com

    Powered by 

Blogger

    Template by
    Free Blogger Templates
    © SANTI