baca selengkapnya..
Tuesday, June 14, 2005
RUANG KHUSUS
Yang laki-laki tidak boleh sirik. Ini ruang khusus untuk wanita.
Jangan coba-coba masuk jika tidak ingin di lihat kami semua.
Wanita-wanita yang ada di sini adalah wanita yang mau menjaga pandang dan auratnya, yang mampu meluluhkan hati dengan kelembutan kata-kata. Yang mampu berbuat tanpa banyak bicara.
Ini lah ruang untuk berbagi, untuk bisa menjadi Khadijah, Aisyah atau Fatimah atau para wanita sholehah lainnya.
Selamat Bergabung!

posted by fsusanti @ Tuesday, June 14, 2005   0 comments

baca selengkapnya..
Day On
Kemarin, aku pulang hanya lewat lima belas menit dari yang biasa. Jam 5.15pm aku sudah di depan halte menunggu bis untuk pulang. Suamiku tidak bisa menjemputku, karena dia masih bekerja sampai jam tujuh nanti.
Kamu tahu apa yang kulihat di atas jembatan penyebrangan sebelum ke halte?
Ternyata kemacetan RUUUAAARRR BIAASAA...!! Heran, biasanya kemacetan akan dimuai menjelang pukul enam sore atau kemacetan akan dimulai begitu aku sudah sampai di Casablanca. Unfortunately, hari itu tidak. Mungkin karena awan yang menghitam sejak sore tadi memberikan pengaruh kepada orang-orang untuk pulang lebih cepat dari biasanya. Termasuk para penglaju berkendara motor.
Jadilah sore itu begitu macet. Untungnya, hmm....masih ada untungnya nih! Aku tidak langsung naik bis yang pertama sampai di halte. Aku menunggu bis berikutnya dengan harapan aku bisa dapat tempat duduk, untuk mengarungi kemacetan yang pasti bakal lama ini, aku tidak mau dalam keadaan berdiri sepanjang jalan dengan menahan sakit di perutku. Jadi, aku naik bis berikutnya yang memang kosong. Alhamdulillah, tempat duduk kosong tersisa di bagian depan. Dan bis ini juga bis langsung ke Buncit, jadi aku tidak perlu ke ganti bis di Halte Hero.
Kupikir kemacetan hanya accidently, jadi hanya di beberapa titik saja, tapi ternyata tidak. Sepanjang jalan HR Rasuna Said adalah kemacetan yang panjang. Aku duduk di sebelah seorang pegawai Bank Mandiri berjilbab yang terkantuk-kantuk dikursinya. mungkin dia sudah naik dari Menteng atau sebelumnya. Yang jelas, perjalanan yang dia tempuh, jauh lebih jauh dariku.
Di dalam bis yang berjalan tersendat-sendat, pikiranku melayang-layang. Payah, ya? Aku tidak membaca al-ma'tsurat ataupun membaca Tarbawi terbaru yang ada di tasku, bukan karena apa-apa, tapi karena gelap. Mataku tidak mungkin kupaksakan untuk berakomodasi maksimum. Jadi kubiarkan saja pikiranku melayang, melihat ke deratan mobil-mobil pribadi di jalur cepat yang tidak cepat sama sekali. Padahal mobil-mobil itu bisa dipacu di atas 150km/jam, tapi tunggu dulu, itu tidak bisa dilakukan di jalan Kuningan yang macet berat.
Pak Sopir rupanya juga sudah bosan, dia menyetel kaset di tape bis. Lagunya ? Hei, jangan mennuduh sembarangan ya! Jangan dikira Pak Sopir ini menyetel lagu-lagu dangdut. You are totally wrong!! Dia menyetel musik yang lembut, seperti tears in heaven, lagu-lagu toto yang lembut dan mendayu, lagu yang sangat familiar di kupingku. Lagu-lagu ini lembut membelai telinga-telinga penumpang yang makin lama makin penuh saja. Lumayan juga untuk menghilangkan penat yang mulai menyerang.
Aneh, ya orang Jakarta takut pada satu hal sepertinya, HUJAN. Ya, hujan. Kalau tidak menjelang hujan, mungkin tidak seramai ini, jika tidak karena menjelang hujan, mungkin para pengendara sepeda motorpun tidak akan meliuk-liuk di antara mobil-mobil yang "pamer" dengan kecepatan tinggi, kalau bukan karena takut hujan, mungkin para penumpang kelas teri macam aku juga tidak terburu-buru pulang dan berdesakan di biskota yang panas. Well, anyhow, inilah Jakarta. Kota dengan berbagai ironinya. Kota tempat aku dilahirkan dan juga nenek-moyangku. Kota yang tidak lagi ramah pada para warga kecil macam aku ini. Lho?
Kok malah melantur ke Jakarta dan wong cilik?
Habis bete juga di bis yang penuh dan mulai panas, dengan jalanan yang maju 100 meter pun membutuhkan waktu setengah jam lebih!
Perlahan bisku sudah memasuki TL Gatsu, sebentar lagi Mampang. Duh, aku lumayan senang juga sambil melirik jam yang menunjukkan sudah jam 6 lewat sepuluh. Artinya, maghrib telah tiba.
Tapi aku menghitung, mungkin baru jam 6.30 aku sampai di Buncit XI, jalan kaki 10 menit sampai rumah, mungkin jam 7 kurang 20 aku sudah sampai di rumah. Masih sempat untuk mandi dan sholat maghrib.
Ada banyak untungnya memang punya rumah di tengah kota. Dekat dari mana-mana dan tidak lama di perjalanan. Aku bersyukur karena itu, walaupun sekarang kami masih mengontrak. Tapi rumahku tidak jauh, tidak kumuh, tidak ramai dan tidak mengkhawatirkan. Aku coba membayangkan para penumpang lain, yang mungkin rumahnya masih sekitar satu-dua jam perjalanan lagi. Terbayang kan, bagaimana capeknya, bagaimana lelah fisik yang kelewatan. Bagaimana bisa bercengkrama bersama keluarga? bagaimana bisa mendidik anak-anak jika dia adalah seorang ibu? Bagaimana bisa dekat dari hati ke hati dengan keluarga? Wah, ngga kebayang deh, kalau rumahku jauh dan suamiku juga masih bekerja dengan sistem shift. Kapan kami punya waktu untuk bersama? Pasti sedikit sekali waktu yang kami miliki. Kebersamaan kami juga pasti bernilai mahal. Semakin hari, jika terus menerus seperti ini, mungkin jiwa orang Jakarta bisa semakin kering, semakin tidak peka, semakin tidak perduli. Karena yang dipikirkan hanya dirinya sendiri (gue aja udah capek!! Gak bakalan sempet deh ngurusin orang!), yang ada di rumah hanya dilihat sebentar kemudian di tinggalkan. Apalagi jika harus lembur. Maka semakin sedikit saja waktu di rumah, rumah sudah seperti hotel saja. Hanya untuk tidur, makan, dan buang air!!
Semestinya tidak seperti ini, semestinya masing-masing jiwa yang tumbuh haruslah sehat, tidak kerdil dan mati. Aku membayangkan dengan kondisi yang sekarang ini, maka akan semakinbanyak jiwa yang mati, yang sakit, yang tidak terurus, yang kehausan kasih sayang, yang terkapar tak berdaya. Yang terus terang saja, akan sangat membahayakan masa depan. Berapa banyak orang yang terkena stroke dan penyakit seram lainnya dalam usia begitu muda? Berapa biaya yang harus dikeluarkan bila seseorang sehat secara fisik, tapi sekarat secara psikis? Terus terang saja, aku tidak mau menjadi bagian dari takdir global itu. Tapi siapa yang peduli?

=fitri=
posted by fsusanti @ Tuesday, June 14, 2005   0 comments
website metrics
about me
My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Just an Ordinary Women, who still trying reaching her dreams.

Yang Baru-baru
Archives
Shout Box
Links
Friendz of Mine
Kelas Menulis
  • Kelas Menulis-Hasyim
  • Kelas Menulis-Jonru
  • Kelas Menulis-Anung
  • Kelas Menulis-Awi
  • Kelas Menulis-Hanok/Iyas
  • Kelas Menulis-Leni
  • Kelas Menulis-Lily
  • Kelas Menulis-Maya
  • Kelas Menulis-Meu
  • Kelas Menulis-Ning Harmanto
  • Kelas Menulis-Rina
  • Kelas Menulis-Sya
  • Kelas Menulis-Tati
  • Kelas Menulis-Tina
  • Kelas Menulis-Yuyun
  • THANK YOU FOR VISITING THIS WEBSITE. BE A GOOD MOSLEM WHEREVER and WHENEVER YOU ARE

    Subscribe to PermataCimanggis
    Powered by groups.yahoo.com

    Powered by 

Blogger

    Template by
    Free Blogger Templates
    © SANTI