Thursday, October 05, 2006
Kapitalis -bagian pertama dari dua tulisan
Kemarin malam aku buka puasa di rumah mamaku. Udah lama ngga kesana dan ngobrol-ngobrol. Tiap kali ke sana, mama pasti udah tidur. Jadinya, buka puasa daripada sendirian di rumah, aku putuskan ke rumah mama aja.

Mendengar cerita mama sebenarnya agak miris juga. Karena tetangga kami,toko langganan sembakonya mama terpaksa tutup. Yah, tutup-ngga jualan lagi-dua kiosnya kini berstatus disewakan. Kamu tahu gak gara-gara apa? Karena dia tidak kuat bersaing dengan pemodal besar AlfaMart dan IndoMart yang memang tidak jauh dari rumahnya. Dua toko ini, memang tidak kira-kira. Dia masuk ke kampung-kampung sepertinya tidak ada filter lagi.
Toko Bang Sa'ud (langganan sembako) terpaksa tutup karena kian hari, kian sedikit pelanggan yang masuk ke warungnya. Dua warung yang pemiliknya orang cina, masih bertahan. Mungkin karena dia memberlakukan sistem grosir. Dan lagi, terus terang saja, modalnya lebih besar. Warungnya lebih besar dan lebih lengkap.
Satu lagi Warung Bang Iyom (langganan air dan gas) juga hampir bangkrut saat dengan megahnya Indomart berdiri tak sampai seratus meter dari warungnya. Padahal warung Bang Iyom ini juga lumayan lengkap looh..
Sampai, kata mama, Bang Iyom menjual satu pintu kontrakannya, untuk suntikan modal. Demi menyaingi sang raksasa ritel.
Sedih, terus terang aku sedih banget mendengar hal-hal seperti ini. Saat pedagang kecil terus tersisih, apalagi pedagang ini juga muslim, juga jamaah masjid dan hanya itulah mata pencahariannya. Jika hilang, bisa ngga para penguasa yang membolehkan toko-toko itu masuk ke kampung dengan pekerjaan lain? Mereka adalah para enterprenur, bukan kuli. Selamanya mereka akan sulit menerima, bahwa pekerjaan yang mereka bisa diambil oleh orang lain.
Inilah lemahnya ekonomi kapitalis, yang punya modal yang menang. Persis seperti hukum rimba. The one who will survive only the stronger.
Mereka tidak sekolah tinggi, Pak. Tidak. Mereka hanya berdagang dan berdagang. Sesuai dengan sunnah nabi.
Sampai sini, aku masih tak habis pikir. Mengapa para penguasa daerah yang bukan orang daerah itu memperbolehkan mart-mart itu masuk kampung? Apakah di kampung itu tidak ada toko kelontong? ADA!! Tapi mengapa mereka tega melakukan ini pada pedagang kecil itu?
Tapi lemahnya rasa ukhuwah di kalangan umat Islam memang telah begitu lemahnya. Tahu kenapa? Karena Nabi mengatakan, jika ada tetangga kita berdagang, maka ada hak dia di harta kita. Janganlah setiap hari kita melewati saja warungnya tanpa membeli apa-apa. Sabun mandi ada di warungnya, tapi mengapa begitu teganya kita membelinya di Mart yang cukup jauh? Kenapa tidak membeli di warungnya? Dia senang karena kita beli, kita juga senang karena ukhuwah tetap terjaga.
Memangnya enak, setiap kali kita pulang belanja dengan berkantong-kantong, tapi tak sedikitpun menoleh ke warung tetangga kita? Apa yang dia pikir, 200-300ribu kalau kita beli di tempat-tempat itu mungkin tak terasa, tapi cobalah alihkan sedikit ke mereka. Gula pasir, telur, sabun mandi, odol...bukankah semuanya ada di warungnya? kenapa mesti membelinya begitu jauh? Harga murah ?? Tak seberapa bukan bedanya?
Aku mencoba mengalihkan belanjaku yang semuanya di C4 ke warung dekat rumah. Warungnya lumayan lengkap. Beberapa barang bahkan berharga lebih murah dari C4 dan Mart itu. Jika aku belanja, tetanggaku jelas happy. Dia bisa memberi makan keluarganya dari warung, anaknya bisa tetap sekolah, istrinya tetap bisa masak, dan dia sendiri sebagai pemilik warung tetap beraktifitas untuk menunjukkan jati dirinya.
Inilah yang aku bicarakan dengan mama. Betapa ekonomi kapitalis sungguh jahat. Betapa teganya mereka menekan dan mematikan jiwa-jiwa usahawan. Haruskah kita bangga jika anak-anak kita "hanya" menjadi pegawai di sana? Haruskah kita bangga jika dengan kita berbelanja di tempat kapitalis itu ternyata membuat seorang Ayah tidak bisa lagi menafkahi keluarganya?
Ayolah teman....gerakkan lagi rasa ukhuwah kita. Persaudaraan yang ada, harus tetap dipelihara. Kau melihat seorang tukang kue yang bolak-balik di depan rumahmu tapi tidak pernah kau beli? Kau tak butuh? Ayolah...belilah sesekali...
Setidaknya kau akan tetap membuat ia hidup, usahanya akan tetap berjalan. Dan kita mungkin tak pernah tahu, mungkin saja, dari hasil kuenya itu, dia bisa membuat pintar anak-anaknya, bahkan mungkin anaknya kelak bisa menjadi pemimpin ummat. Kita tidak pernah tahu...

-bersambung-
posted by fsusanti @ Thursday, October 05, 2006  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 
website metrics
about me
My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Just an Ordinary Women, who still trying reaching her dreams.

Yang Baru-baru
Archives
Shout Box
Links
Friendz of Mine
Kelas Menulis
  • Kelas Menulis-Hasyim
  • Kelas Menulis-Jonru
  • Kelas Menulis-Anung
  • Kelas Menulis-Awi
  • Kelas Menulis-Hanok/Iyas
  • Kelas Menulis-Leni
  • Kelas Menulis-Lily
  • Kelas Menulis-Maya
  • Kelas Menulis-Meu
  • Kelas Menulis-Ning Harmanto
  • Kelas Menulis-Rina
  • Kelas Menulis-Sya
  • Kelas Menulis-Tati
  • Kelas Menulis-Tina
  • Kelas Menulis-Yuyun
  • THANK YOU FOR VISITING THIS WEBSITE. BE A GOOD MOSLEM WHEREVER and WHENEVER YOU ARE

    Subscribe to PermataCimanggis
    Powered by groups.yahoo.com

    Powered by 

Blogger

    Template by
    Free Blogger Templates
    © SANTI