Tuesday, June 20, 2006
Wishing, Hoping, and Trying!
Wishing, Hoping and Trying!

Setelah tiga tahun berharap, berdoa dan mencoba (dengan cara kami sendiri). Belum juga ada tanda-tanda Allah menitipkan amanah-Nya pada kami.
Dan di saat selesai liburan, masih juga belum berhasil, maka konsultasi ke dokter adalah usaha yang harus dilakukan secepatnya.
Tik-tok-tik-tok, counting umur terus berjalan. Tak peduli apa yang terjadi, umur tambah naik, kebutuhan semakin berbeda, dan keinginan untuk memiliki keturunan adalah hal yang lumrah terjadi pada kami.
Maka, dengan bismillah, kami pun memulainya. Dengan petunjuk seorang teman yang baik hati yang memiliki masalah yang sama, maka dengan langkah mantap, aku memasuki ruang praktek seorang dokter SpOg wanita (iya, wanita, akhirnya!).

Langkah-langkah pun diberikan, berikut step-step yang harus kami ikuti :
1. Test di pihak wanita :
1.a. Test USG
Test Ultrasound ini untuk mengetahui kenormalan seorang wanita. Apakah ia memiliki sel telur, memiliki indung telur. juga untuk mengecek apakah ada kista yang menghalangi, apakah setiap bulan ada sel telur yang di-release. Dan sebagainya, yang intinya untuk mengetahui "perlengkapan persiapan awal" seorang ibu.

1.b. Test Hormon Progesteron.

Hormon ini di tes biasanya pada masa luteal (setelah ovulasi) untuk mengetahui balance atau tidaknya komposisi hormon tubuh. Mengapa hanya progesteron? Karena hormon ini adalah hormon yang dihasilkan oleh tubuh setelah merelease sel telur. Jika hormon berada di luar jangkauan normal, maka dokter akan mencoba membuatnya balance terlebih dahulu.
Mari kita lihat apa yang terjadi dari satu siklus haid seorang wanita :

Fisiologi siklus menstruasi

Panjang siklus bervariasi dari 23 hari atau kurang untuk siklus pendek dan lebih dari 35 hari untuk siklus yang panjang. Ada sejumlah perempuan yang siklusnya teratur, sementara ada pula yang bervariasi sampai dengan 7 hari. Untuk lebih memudahkan pemahaman, pada tulisan ini kita gunakan rata-rata siklus 28 hari.

Siklus menstruasi dibawah kontrol hormon seks. Untuk memudahkan, siklus ini dibagi dalam 2 fase yaitu fase sebelum ovulasi dan fase setelah ovulasi.

Fase sebelum ovulasi – dikontrol oleh FSH dan esterogen.

Kelenjar pituitari pada dasar otak akan mengeluarkan FSH yang akan merangsang pematangan folikel di ovarium (indung telur). Pematangan folikel ini akan meningkatkan produksi esterogen.

Pada saat kenaikan esterogen mendekati ovulasi, terjadi perubahan – perubahan sebagai berikut:

>Endometrium (selaput lendir rahim) menebal.

>Serviks menjadi panjang dan lunak serta terbuka.

>Lendir serviks yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar pada serviks menjadi lendir yang bersahabat dengan sperma.

>Peningkatan garam, gula, dan asam amino untuk memberikan makanan pada sperma.

>Peningkatan cairan sampai dengan 10 kali peningkatan volume lendir.

>Lendir yang subur terdiri dari 98 % air – transparan, berkilat, licin, elastis yang disebut efek spinnbarkeit.
Struktur lendir yang subur bila dilihat dengan menggunakan nuclear magnetic resonance memperlihatkan jaringan yang jarang sehingga dapat dilewati oleh sperma.

>Suhu menetap pada tingkat yang rendah.


Ketika esterogen mencapai tingkat tertentu dalam darah, kelenjar pituitari distimulasi untuk menghasilkan LH yang meningkat cepat yang kemudian akan menimbulkan ovulasi (pecahnya folikel yang matang dan mengeluarkan ovum ) dalam 36 jam kemudian.

Fase setelah ovulasi – dikontrol oleh progesteron

Setelah ovulasi, LH menyebabkan pecahnya folikel yang kemudian folikel tersebut akan berkembang menjadi korpus luteum, yang memproduksi progesteron.

Di bawah pengaruh progesteron terjadi perubahan-perubahan:

.>Endometrium melunak guna mempersiapkan diri untuk menerima implantasi(penempelan) telur yang telah dibuahi

.>Serviks memendek, keras, dan tertutup.

.>Lendir serviks menjadi tidak bersahabat untuk mencegah penetrasi sperma.

.>Setelah ovulasi terdapat perubahan status kesuburan – jaringan filamen-filamen menjadi lebih padat membentuk lendir yang tebal yang mencegah penetrasi sperma. Sperma secara cepat akan dirusak oleh cairan vagina yang bersifat asam

.>Suhu akan meningkat sekitar 0,2 ˚C atau lebih.


Korpus luteum akan bertahan sekitar 14 hari, kemudian akan kisut dan mati; progesteron akan turun; suhu turun; dan endometrium akan mengalami disintegrasi sehingga terjadilah menstruasi dan lengkaplah satu siklus.

(sumber: Fisiologi Siklus Menstruasi by Mer-C)
Nah, ini baru tes kedua. Jika ternyata semua tes itu normal, maka step selanjutnya ada tes HSG. Nah apa nih maksudnya?

1.c. TEST HSG
HSG = Hysterosalpingogram adalah test X-ray untuk mengetahui apakah ada penyumbatan di uterus atau di tuba faloppi yang memungkinkan si sperma tidak dapat masuk untuk membuahi sel telur, atau menghalangi jalan sel telur menuju tempat bertemunya dengan sperma (ini intinya). Test ini dilakukan tidak lama setelah haid selesai, dan sebelum berhubungan. Why so? Karena sifat X-ray dan cairan ini dikhawatirkan dapat membunuh janin yang mungkin saja sudah terbentuk.
How to? test ini memang menggunakan suatu contrast material baik yang oilbased ataupun waterbased yang dimasukkan melalui kateter di dalam rahim. Saat material ini melewati saluran inilah, saat di mana X-ray memotret. Dan kita dapat melihat hasilnya tak lama setelah test. Jika terjadi penyumbatan, maka si penyumbat ini harus disingkirkan, dengan berbagai cara medis. Tapi jika ternyata tidak ada penyumbatan sama sekali (everything normal), maka tes selanjutnya harus dilakukan.
Btw, ada suatu study menarik tentang tes ini. Apa itu? hmm..bahwa banyak sekali orang2 yg selesai HSG mendapati dirinya hamil. Lho? Iya, bisa karena mungkin saja selama ini ada sedikit "sumbatan" yang bukan merupakan masalah besar, tp bisa menyebabkan terhambatnya si sel telur atau sperma. Dengan tes ini, contrast material membantu memuluskan jalan untuk keduanya bertemu.

Nah, mari kita lanjutkan dengan test ke-empat. Yaitu test untuk pihak laki-laki :

2. Test untuk pihak laki-laki --Test SPERMA
Yah, inilah satu-satunya tes yang bisa dilakukan oleh para suami. Karena memang tidak ada lagi tes lainnya untuk mereka. Di tes ini akan dilihat pergerakan, bentuk, jumlah,kelincahan, dan daya juang sperma. Tes ini bisa membuat laki-laki tahu akan keadaan spermanya. Jika bentuk, gerak, dsb-nya ternyata ada yang tidak normal, maka dokter Andrologi akan membantu dengan memberikan terapi dan semacamnya.

Trus?? jika tes sperma jg ternyata oke dan baik-baik saja?

Nah, inilah ujung jalan dari semua tes-tes ini.

3. Test ASA = Antibodi Anti Sperm atau test untuk mengecek Imunologi reproduksi.
(aku lupa nih, nama tesnya).
Kini penyebab unxeplained infertility (ketika suami-istri dikatakan sehat dan normal tp belum jg memiliki keturunan) mulai terkuak seiring berkembangnya ilmu pengetahuan. Sebab-sebab unxeplained infertility yang telah diketahui antara lain adalah akibat adanya antibodi atau imunologi reproduksi. Hal ini dapat terjadi pada istri yang alergi terhadap sperma suami. Akibatnya, sperma ditolak sel telur (ovum), sehingga tidak pernah terjadi pembuahan. Dan menurut Dr. Indra G Mansur (androlog)
''Ada juga antibodi yang dihasilkan tubuh suami sendiri, sehingga sperma yang dihasilkan dihancurkan atau dilemahkan kemampuannya karena dianggap benda asing."

Jadi tahu kan fungsi tes ini? Yaitu untuk mengecek antibodi antisperm di dalam tubuh. Jika ternyata ditemukan adanya indikasi ini, maka harus dilakukan terapi. Apa aja terapinya? lihat deh, di kutipan artikel berikut :

Pada sistem reproduksi terdapat sistem kekebalan. Pada perempuan, sistem kekebalan berperan penting dalam menjaga janin. Dengan adanya sistem kekebalan, proses perkembangan janin dapat berlangsung baik dan kebal akan berbagai infeksi. Tetapi pada beberapa perempuan ada juga yang memiliki antibodi antisperma. Akibatnya, ketika memasuki tubuh, sperma dihancurkan oleh antibodi antisperma tadi sehingga terjadi kegagalan pada saat pembuahan.

Perempuan, kata kedua pakar andrologi itu, memang tidak memiliki unsur antigen, seperti halnya pada sperma atau komponen plasma semen. Namun, pada saat perempuan mulai berhubungan seksual dengan pria, dalam tubuhnya akan terbentuk antibodi antisperma terhadap antigen sperma. Pada tingkat tertentu antibodi masih dapat ditembus oleh sperma yang bagus kualitasnya dan dapat mengakibatkan kehamilan.

Disebutkan Indra, ketidakmampuan pembuahan dapat pula disebabkan ketidakcocokan secara seluler antara sperma dan sel telur. Karena itulah harus dilakukan upaya untuk mencocokkan agar tidak terjadi penolakan.

Sementara itu Nukman menerangkan, untuk mengatasi adanya antibodi terhadap sperma dapat dilakukan beberapa terapi, antara lain dengan terapi kondom ataupun pemberian obat-obatan imunologis sejenis kortikosteroid, juga terapi imunosupresif atau menekan reaksi imun.

Pada terapi kondom, suami dianjurkan untuk menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual selama 3 hingga 6 bulan. Diharapkan selama itu antibodi pada tubuh istri dapat menurun dan tidak lagi terdapat pada organ reproduksi.( Sumber: kesrepro.info)

Insya Allah perjalanan trying ini melengkapi keluarga kami pada akhirnya. Amiiin...
^_^ Doakan ya prens...!
posted by fsusanti @ Tuesday, June 20, 2006  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 
website metrics
about me
My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Just an Ordinary Women, who still trying reaching her dreams.

Yang Baru-baru
Archives
Shout Box
Links
Friendz of Mine
Kelas Menulis
  • Kelas Menulis-Hasyim
  • Kelas Menulis-Jonru
  • Kelas Menulis-Anung
  • Kelas Menulis-Awi
  • Kelas Menulis-Hanok/Iyas
  • Kelas Menulis-Leni
  • Kelas Menulis-Lily
  • Kelas Menulis-Maya
  • Kelas Menulis-Meu
  • Kelas Menulis-Ning Harmanto
  • Kelas Menulis-Rina
  • Kelas Menulis-Sya
  • Kelas Menulis-Tati
  • Kelas Menulis-Tina
  • Kelas Menulis-Yuyun
  • THANK YOU FOR VISITING THIS WEBSITE. BE A GOOD MOSLEM WHEREVER and WHENEVER YOU ARE

    Subscribe to PermataCimanggis
    Powered by groups.yahoo.com

    Powered by 

Blogger

    Template by
    Free Blogger Templates
    © SANTI